Dimuat dalam jurnal The Lancet pada 30 Desember 2021 lalu, penelitian gabungan yang melibatkan University of Oxford bermaksud mencari tahu potensi booster setelah vaksin primer (dua dosis) CoronaVac buatan Sinovac Biotech. Di Brasil, CoronaVac adalah salah satu merek vaksin primer yang paling umum dipakai.
Penelitian ini mencatat bahwa kadar antibodi sebelum pemberian booster amat rendah. Pada kelompok usia 18-60, kadar antibodi berkisar di 20,4 persen. Sementara itu, pada kelompok lansia (60 tahun ke atas), tingkat antibodi dari vaksin Sinovac yang terdeteksi hanya 8,9 persen saja. Temuan studi ini makin menguatkan dasar menjadikan Vaxzevria sebagai booster baik secara homolog atau heterolog.
Menurut studi di University of Oxford pada September 2021 yang dimuat dalam jurnal The Lancet, pemberian booster Vaxzevria 6 bulan setelah dosis kedua dapat meningkatkan antibodi dan menjaga respons sel T.
Selain penelitian tersebut, AstraZeneca juga mengutip penelitian di Inggris. Para peneliti Inggris menemukan bahwa booster Vaxzevria memicu respons imun terhadap varian Delta dan orisinal SARS-CoV-2 yang lebih baik dibanding kelompok kontrol. Meski vaksin mRNA tetap ditemukan yang terbaik, vaksin Vaxzevria ternyata bisa unjuk gigi dan tak kalah dengan vaksin-vaksin tersebut.