Emiten penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan periode 3 bulan pertama tahun 2023. Meski masih mencatatkan rugi, namun nilai kerugian yang dicatatkan Garuda mengalami penurunan.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat rugi bersih sebesar USD 110,03 juta atau sekitar Rp 1,61 triliun (asumsi kurs Rp14.700 per dolar AS) sepanjang kuartal I pada 2023. Turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kerugian Garuda dibandingkan kuartal I-2022 yang sebesar USD 224,14 juta atau setara Rp 3,29 triliun. Angka itu merujuk kepada laporan keuangan perusahaan dengan kode emiten GIAA ini yang dikutip pada Kamis (4/5/2023).

Kerugian Garuda pada kuartal I tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan 2022 karena penjualan dan pendapatan pada 2023 melonjak.

Pada kuartal I-2023, Garuda mencatat penjualan dan pendapatan usaha sebesar USD 602,99 juta atau setara Rp8,86 triliun. Sementara itu, pada kuartal I-2022 lalu pendapatan hanya sebesar USD 350,15 juta atau Rp 5,14 triliun.

Perbaikan kinerja emiten berkode saham GIAA ini ditopang oleh kenaikan pendapatan usaha meliputi pendapatan usaha dari penerbangan berjadwal yang sebesar US$ 506 miliar di Kuartal I/2023, dari sebelumnya di Kuartal I/2022 yang hanya sebesar Rp 270,5 miliar.

Ditambah dengan komponen pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal dan pendapatan lainnya, total pendapatan Garuda Indonesia pada periode tersebut mencapai US$ 602,99 miliar, melonjak signifikan mencapai 71% dari total pendapatan di periode yang sama tahu 2022 yang hanya sebesar US$ 350,7 miliar.

Beruntungnya tinggi pertumbuhan pendapatan tersebut berhasil menutup kenaikan beban usaha yang totalnya tercatat sebesar US$ 605,18 pada Kuartal I/2023 dibanding beban usaha di Kuartal I/2022 yang sebesar US$ 526,3 miliar.***