Jakarta-PAN dan Golkar akhirnya mengukuhkan dukungannya kepada Ketum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden, membuat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) semakin kuat. PDI-P dan wakil presidennya Ganjar Pranowo juga menanggapi hal ini. Apa yang mereka katakan? Sekedar informasi, PAN dan Golkar secara resmi mengumumkan dukungannya kepada Prabowo pada Minggu (13/8/2023). Pengumuman dilakukan di Museum Formula Naskah Proklamasi di Menteng, Jakarta Pusat. Deklarasi itu sekaligus menandai penyatuan PAN dan Golkar menjadi KKIR, aliansi yang sebelumnya dibentuk oleh PKB dan Gerindra. Mereka juga menandatangani kerja sama politik empat partai yang ditandatangani presiden masing-masing partai, yakni Gerindra Prabowo Subianto, Presiden PKB Muhaimin Iskandar, Presiden Golkar Airlangga Hartarto, dan Presiden PAN Zulkifli Hasan.
PDIP dan Ganjar Pranowo menanggapi pernyataan tersebut. PDI-P mengklaim partainya digunakan untuk kesewenang-wenangan, sementara Ganjar melihat kartu koalisi sebagai deja vuna dalam pemilihan presiden 2014.
PDIP sudah terbiasa dihajar politik Presiden DPP PDIP Said Abdullah angkat bicara soal penguatan basis dukungan Ganjar Pranowo. Partainya memperkuat kerja sama koalisi dengan partai-partai yang bersatu.
“Dengan terjalinnya kerjasama politik antara PDI Perjuangan, PPP, Hanura dan Perindo saat ini, tentunya kita akan memperkuat basis dukungan untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024,” kata Said kepada wartawan, Minggu (13/10). 8/2023).
Said mengatakan, pihaknya tidak terhalang oleh penguatan partai Prabowo. Dia kemudian menyaksikan pemilihan presiden 2014, yang dimenangkan oleh Jokowi-Jusuf Kalla, meskipun partai-partai koalisi saat itu berselisih cukup jauh.
Jokowi dan Jusuf Kalla hanya memiliki PDI Perjuanga, PKB, Nasdem, Hanura, dan PKPI sebagai bahan pemikiran di Pilpres 2014. Padahal saat itu diukur dari besar kecilnya dukungan parpol pada pilpres, kita kalah banyak," kata Said.
Namun, melalui kerja politik rakyat yang serius dan kuat, terbukti pasangan Jokowi-JK mampu memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan suara 53,15 persen, sedangkan Prabowo Hatta meraih 46,88 persen suara, lanjutnya.
Said menegaskan, pihaknya bertindak bijak dan mengutamakan kepedulian masyarakat. Said sering merujuk pada sejarah partai politik yang kalah.
“PDI Perjuangan punya sejarah panjang sebagai partai yang dilatih dan dibesarkan untuk terbiasa dipukuli secara politik. Ini kita alami di era Orde Baru, sama halnya sekarang di era Jokowi JK,” kata Said.
“Oleh karena itu, seluruh kader PDI Perjuanga harus diingatkan bahwa kita pernah mengalami pahitnya sejarah, dari pengalaman panjang inilah kita harus memantapkan daya juang kita. Kita harus bisa menyusuri jalan politik yang terjal sejauh mungkin. dan beginilah mentalitas bertarung kita terbentuk." dia melanjutkan.
Dejavu dalam pemilihan presiden 2014, kata Ganjar
Menurut Ganjar, dukungan merupakan hal yang lumrah dalam demokrasi. Ganjar mengucapkan selamat kepada dua parpol yang tergabung dalam KKIR. "Sebenarnya itu hal yang wajar dalam proses demokrasi dan saya sangat menghargai sikap masing-masing pihak. Mereka pasti sudah mengambil keputusan, sudah ada catatan tempat pertemuannya," kata Ganjar, Minggu (13/08/2023). ).
Ganjar menghormati keputusan semua parpol dalam langkah politik untuk Pilkada 2024. Apalagi saat ini parpol sedang berunding untuk nanti memperkuat kekuatannya di Partai Demokrat.
“Ya, semua orang sedang bernegosiasi sekarang. Jadi kalau partai mendekati satu poin, saya kira itu hak politik mereka," kata Ganjar.
“Dan bagi kami, yang mengumumkannya, jelas bagian dari upaya kami untuk berkomunikasi dengan baik baik dengan yang mendukung maupun yang tidak, dan suasananya masih sangat campur aduk,” lanjutnya. .
Selain itu, Ganjar kemudian mengenang situasi koalisi di Pilpres 2014. Saat itu, koalisi Prabowo-Hatta Radjasa Merah Putih juga didukung oleh Partai Golkar dan PAN, serta Gerindra, PKS, PPP, dan PBB. .
Di sisi lain, pesta demokrasi lima tahun dimenangkan oleh lawan politiknya Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla, yang dimenangkan PDIP bersama partai NasDem, PKB, PKP dan Hanura dalam Koalisi Indonesia Raya. kemudian dia menjadi wakil presiden untuk tahun 2014-2019. . “Jadi menurut saya biasa-biasa saja dan cerita ini juga terjadi di tahun 2014, kalau tidak salah. Saat itu suporter melawan Pak Jokowi juga sama, mereka semua menyerbu dan kita selamatkan dengan cara dan dinamika. telah berubah, selalu berubah," kata Ganjar.
Ganjar kemudian mengucapkan selamat kepada Golkar dan PAN atas pernyataan tersebut. Saat ini, kata Ganjar, yang terpenting adalah menjaga demokrasi berjalan dengan baik agar anak bangsa bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang ada.
“Jadi bagi saya selamat bergabung (koalisi Prabowo), ini proses demokrasi yang wajar dan tentunya yang terpenting adalah bagaimana kita bisa membuat demokrasi berjalan dengan baik, apa yang harus kita benahi dengan permasalahan bangsa dan negara ini. . ," kata Ganja.
(SN)